Bandar lampung, 7 November 2025. Berdasarkan data statistik Kementerian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Republik Indonesia mencatat sebanyak 65,5 juta UMKM dan telah menyerap 119 juta tenaga kerja di Indonesia. Data diatas menegaskan peran UMKM sebagai tulang punggung perekonomian nasional. Namun di balik angka yang mengesankan ini, masih terdapat ketimpangan yang signifikan antara pelaku UMKM di wilayah perkotaan dan pedesaan, terutama dalam hal pemanfaatan teknologi digital. Tercatat saat Ini Baru 41,51 Persen Pelaku UMKM Memanfaatkan Niaga Elektronik (niaga.asia).
.
Banyak pelaku UMKM di daerah yang belum memiliki akses dan kemampuan memadai untuk memanfaatkan teknologi dalam memasarkan produk mereka. Tantangan ini tampak jelas di berbagai wilayah, salah satunya Kecamatan Mataram Baru, Kabupaten Lampung Timur tempat dilaksanakannya kegiatan “Pemberdayaan UMKM Kue melalui Pelatihan dan Pendampingan Pemasaran Digital” oleh Tim Pengabdian Universitas Lampung (Unila) pada 26 Juli 2025 lalu.

.
Kegiatan yang dipimpin oleh Dr. Bayu Saputra, S.Pd., M.Pd. ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pelaku UMKM kue dalam menghadapi tantangan era digital saat ini. Dalam sambutannya, Dr. Bayu menekankan pentingnya literasi digital agar produk lokal mampu bersaing di pasar yang semakin kompetitif. Ia juga menjelaskan bahwa kemampuan menggunakan media sosial dan platform digital kini bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan bagi keberlanjutan usaha kecil.
.

Acara ini dihadiri oleh Ketua PKK Desa Mandalasari, Ibu Suharwati, perwakilan mitra PT. Federal Food Internusa, Bapak Yusril, Chef Sunandi Tan, Tim Dosen Pengabdian, serta Mahasiswa yang memberikan pelatihan langsung pembuatan kue hingga pemasaran secara digital. Kegiatan ini menjadi wadah interaktif di mana peserta tidak hanya belajar teknik produksi, tetapi juga strategi branding, fotografi produk, dan promosi melalui media sosial.
.
Pendekatan praktis ini membantu peserta memahami bahwa kualitas produk yang baik perlu diimbangi dengan kemampuan menjangkau pasar yang lebih luas secara digital. Banyak peserta yang sebelumnya belum mengenal konsep pemasaran online, kini mulai menyadari potensi besar internet untuk memperluas pelanggan tanpa harus keluar dari desa.
.
Meski begitu, perjalanan pemberdayaan UMKM di daerah tidak lepas dari tantangan. Keterbatasan jaringan internet, rendahnya literasi digital, dan pola pikir konvensional masih menjadi hambatan utama. Namun, melalui kegiatan seperti ini, sinergi antara perguruan tinggi, pemerintah desa, dan mitra industri dapat menjadi langkah nyata dalam menjembatani kesenjangan tersebut. Dengan keberlanjutan pendampingan dan semangat kolaborasi, diharapkan UMKM kue di daerah dapat tumbuh lebih inovatif, adaptif, dan berdaya saing tinggi di era digital.



